Pagi tanpa kabut datang membangunkanku setelah istirahat semalaman.
Datangnya pagi diiringi dengan suasana dingin yang pekat hingga ada
niatan menarik selimut kembali untuk menutup tubuhku yang masih asik
dengan hangatnya tempat tidur. Namun itu tak kulakukan, karena lagu
bergenre rock keluar kencang dari winamp komputer yang lupa kumatikan semalam.
Sebenarnya
selama aku tinggal di Jakarta ada sesuatu yang kurang ketika bangun
tidur. Sesuatu yang kurang itu adalah suara ayam jantan berkokok dan
kicauan burung yang memberitahukan kepada orang-orang untuk segera
bangun.
Jakarta sebagai ibukota tidak sama dengan ibuku.
Bedanya antara lain alau setiap pagi ibuku selalu membuatkan nasi goreng
dan secangkir susu hangat untuk dinikmati, sedang ibukota selalu datang
memberikan masalah-masalah yang terkadang sulit untuk dipecahkan.
Hal
itu dapat terlihat dengan tak ada keceriaan di setiap pagi bagi
orang-orang yang tinggal di Ibukota Jakarta. Keosanan sudah dimulai
sejak mata baru dibuka, hal pertama yang dilihat adalah waktu. Banyak
orang kota bergantung pada waktu. Bahkan waktu itu dapat menentukan
apakah hari yang dilalui itu menyenangkan atau tidak. Siaal bagi mereka
apabila waktu tidak berpihak padanya maka hari yang dilalui menjadi
bulan-bulanan untuk meneguk rasa kecewa.
Minggu ini
tanggal lima belas. Mungkin hari ini tidak berkesan bagiku. Namun ada
jutaan orang sedang berdebar-debar di hari ini. Rasa itu ada karena
besok adalah tanggal 20 APRil. Mengapa berdebar-debar karena besok
anak-anak SMA akan melaksanakan Ujian Nasional.
Bagi yang
sudah siap besok mungkin hanya sebagai ajang untuk mengetes
pengetahuannya, tapi bagi yang belum mereka benar-benar memepertaruhkan
masa depannya. Mengulang atau mengambil kejar paket merupakan
konsekuensi bagi mereka yang gagal. Semoga besok tidak ada satu anak pun
yang gagal dalam menempuh ujian.
Posting Komentar